IKLAN

Dunia Sekolah vs Dunia Game

Oleh : Vanesa Rohmah Ardhani

Terdapat perbedaan yang sangat terlihat pada anak saat pembelajaran dikelas dan saat anak bermain game. Misalnya, ketika anak di kelas, seringkali anak lupa rumus yang baru saja diajarkan oleh guru. Hal itu karena mereka hanya pasif menerima, mendengarkan, minim interaksi serta terlalu mengandalkan informasi yang diberikan oleh guru saja. Sedangkan, ketika seorang anak sedang bermain game, anak cenderung lebih mengingat bagaimana cara menyelesaikan misi. Hal itu karena anak terlibat aktif berpikir untuk menyelesaikan misi sebuah game. Pertanyaannya, seorang anak sulit dalam menghafal pelajaran atau guru yang kalah menarik dari sebuah game.

Kenapa game “Menang” di otak anak?

1. Cara otak bekerja

Pada saat menerima materi pelajaran (seringkali) otak hanya menerima informasi secara satu arah dan minim umpan balik. Sedangkan pada sebuah game, otak bekerja lebih aktof dalam pemecahan masalah secara langsung serta terjadi umpan balik secara instan.

2. Keterlibatan emosi

Game selalu mampu memberikan rasa senag, penasaran serta rasa berprestasi dan kompeten ketika bisa menang. Sedangkan, pada saat menerima materi pelajaran emosi yang sering muncul yaitu datar, takut salah, dan tertekan.

3. Pengalaman belajar

Ketika menerima pelajaran, pengalaman terasa jauh dari nyata dan justru menjadi sebuah beban. Dunia sekolah memberikan pengalaman beklajar yang pasif yaitu auditori, mencatat tanpa pemahaman mendakam serta menghafal. Pada game memberikan pengalaman nyata karena ada sebuah progres yang terlihat. Dunia game memberikan pembelajaran aktif berupa visual dan kinestik. 

Dari beberapa alasan tersebut, dapat kita ambil sebuah kunci yaitu seorang guru harus mampu membuat sebuah suasana pembelajaran yang menarik, interaktif dan melibatkan emosi yang positif seperti yang terdapat pada sebuah game.

Otak mengingat emosi, bukan sekedar informasi.

Hal yang terjadi di kelas yaitu seringkali otak hanya menerima sebuah informasi dan fakta datar tanpa adanya keterlibatan sebuah emosi. Ketika bermain game, otak bekerja dalam menerima informasi di sertai beberapa emosi yang terlibat seperti rasa senang, penasaran, tegang, semangat serta rasa bangga yang membuat sebuh informasi yang di terima menjadi lebih lama tersimpa di memori. Perbedaaan lain yaitu seorang anak di sekolah menghafal karena di suruh sedangkan pada game mereka menghafal karena merasa butuh. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk “Menghidupkan rasa”.

Sistem Hadiah (Reward) VS Sistem Takut (Fear)

Dunia sekolah sering mengaktifkan sistem takut. Ketika anak salah/lupa akan dimarahi dan itu akan memunculkan rasa takut pada anak. Menurut Carol Dweck, anak berkembang saat merasa aman untuk salah (Growth Mindset). Sedangkan pada sebuah game lebih mengaktifkan sistem hadiah, yaitu ketika seorang anak melakukan sebuah usaha akan ada respon langsung berupa level up. Ketika mereka gagal merekatau akan diberikan kesempatan lagi untuk mencoba hingga bisa level up dan mendapakan sebuah reward. Perilaku diberi hadiah cenderung di ulang (B.F Skinner). Jadi hal penting yang harus di ingat yaitu membuat suasana belajar yang “Aman dan menghargai proses”.

Membandingkan tantangan dan kendali dalam belajar.

Dunia game memberi tantangan bertahap, pelan, naik, gagal, ulang, naik lagi. Namun di dunia sekolah cenderung sering melompat terlalu jauh dengan langsung memberi materi berat, soal sulit tanpa pemanasan serta tuntutan tinggi tanpa kesiapan mental. Dalam game anak merasa meiliki kendali dengan bebas memilih waktu, pengulangan dan strategi. Di sekolah anak sering hanya mengikuti. Anak hanya sebagai penerima intruksi dan kurangnya pilihan. Menurut Maria Montessori, rasa memiliki kendali (sense of control) adalah kunci utama tumbuhnya motivasi belajar alami. Ketika anak merasa pembelajaran itu miliknya, bukan paksaan orang di sekitar, maka daya ingat dan kesadarannya ikut tumbuh.

Meski anak-anak hari ini lebih mudah mengingat game daripada pelajaran, itu bukan tanda guru dan sekolah gagal. Kita hanya sedang hidup di zaman dengan tantangan yang jauh berbeda. Di tengah keterbatasan yang ada, guru tetap berjuang menghadirkan pembelajaran terbaik yang bisa dilakukan.

Sumber referensi : @duniasekolahsd

#Sekolah
SHARE :
IKLAN
LINK TERKAIT